Metode Fibonacci adalah indikator yang cukup populer di kalangan trader dan didasari angka kunci yang ditemukan oleh ahli matematika Leonardo Fibonacci pada abad 13. Metode Fibonacci digunakan untuk menemukan posisi strategis untuk transaksi, target harga, stop loss, bahkan support dan resistance.
Sebelum membahas penggunaan indikator tersebut dalam analisa teknikal, ada baiknya kita telaah dulu apa itu deret angka Fibonacci.
Dalam deret angka Fibonacci, tiap angka merupakan penjumlahan dari dua angka sebelumnya, dimulai dari 0 dan 1. Deret angka Fibonacci adalah sebagai berikut: 0,1,1,2,3,5,8,13,21,34,55,89,144, dst. Tiap angka dalam deret ini adalah penjumlahan dari dua angka sebelumnya dan berlanjut seterusnya.
Salah satu hal yang menakjubkan dari deret ini adalah tiap angka sekitar 1,618 lebih besar dari angka sebelumnya. Hubungan antara tiap angka di deret itulah yang menjadi dasar rasio yang digunakan dalam analisa teknikal.
Rasio kunci Fibonacci adalah 61,8%, yang juga disebut dengan rasio emas atau nilai tengah emas, yang dihasilkan dengan membagi satu angka di deret itu dengan angka setelahnya, contoh 34/55 = 0,6181, dan 89/144 = 0,6180
Rasio 38,2% dihasilkan dengan membagi satu angka dari deret tersebut dengan angka kedua setelahnya. Contoh 13/34 = 0,382 dan 55/144 = 0,3819.
Rasio 23,6% dihasilkan dengan membagi satu angka di deret itu dengan angka ketiga setelahnya, contoh 8/34 = 0,2352 dan 34/144 = 0,2361
Ketiga rasio itu, ditambah dengan 50% dan 100%, menjadi elemen Fibonacci Retracement dalam analisa teknikal. Fibonacci Retracement digunakan untuk mengidentifikasi reversal dalam pergerakan harga instrumen keruangan. Secara teori, harga kadang berbalik (retrace) atau koreksi, sebelum melanjutkan tren sebelumnya.
Koreksi atau retrace ini sering terjadi di tiga level, yang ditandai oleh rasio 38,2%, 50%, dan 61,8%. Sebenarnya, level 50% tidak ada kaitannya dengan Fibonacci, namun trader menggunakan level ini karena kecenderungan harga instrumen keuangan balik arah semula setelah retrace separuh pergerakan sebelumnya. Berikut contoh gambar yang menjelaskan pola retracement
Gambar tersebut menunjukan pola retrace harga dalam kondisi uptrend. Untuk menemukan level retrace dalam kondisi uptrend, tariklah garis Fibonacci dari swing low yang terendah ke swing high terbaru. Lalu, terlihatlah garis retracement yang di-plot dengan rasio di atas.
Selama bertahun-tahun, telah terbukti bahwa ketika harga instrumen keuangan bergerak signifikan, lalu retrace, harga cenderung kembali ke tren sebelumnya di level 38,2%, 50%, dan 61,8%.
Dengan ini, banyak trader menggunakan Fibonacci Retracement untuk menentukan entry dan exit. Fibonacci Retracement bisa memberi sinyal beli ketika harga mencapai salah satu dari tiga titik itu dan rebound. Fib. Retracement juga bisa menunjukan bahwa pasar mulai kehilangan momentumnya dan saatnya untuk exit ketika harga mendekati salah satu titik lalu semakin jatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar