Ekonomi Asia bakal melampaui AS dan Eropa digabungkan pada 2030
nanti, membuat status AS sebagai adidaya terkikis, menurut prediksi
komunitas intelijen AS.
“Kebangkitan spektakuler Asia mengubah pengaruh AS secara dramatis,”
kata Christopher Kojm, Ketua Dewan Intelijen Nasional, (NIC) ketika
mempublikasikan laporan bertajuk Tren Global 2030 kemarin. Laporan itu
merupakan rangkuman analisa komunitas intelijen dimana tren saat ini
mempengaruhi dunia untuk 15 sampai 20 tahun ke depan.
Laporan itu, yang dipublikasikan tiap empat tahun oleh NIC,
menyebutkan dalam dua dekade ke depan China akan menggeser AS sebagai
ekonomi terbesar dunia. Laporan itu juga menyebutkan ekonomi Asia akan
tumbuh lebih pesat dari yang diperkirakan sebelumnya. Meski China akan
menjadi ekonomi terbesar dunia, Asia secara keseluruhan yang akan
memimpin dalam hal PDB, populasi, pembelanjaan militer dan investasi
teknologi.
Seiring kebangkitan Asia, Barat akan tertinggal karena negara maju
menjalani pertumbuhan rendah dan merosotnya standar hidup akibat
populasi menua (aging population). Namun laporan itu tidak
memprediksikan apakah China akan mengisi peran politik AS, termasuk
sebagai polisi dunia, membentuk aliansi dan mengurus masalah
internasional. Ekonomi super bukan berarti super power.
Menurut para ahli, 2030 nanti AS akan semakin kehilangan pamornya
sebagai adidaya tapi tidak ada satu negarapun yang mampu menggantikan
posisinya. Mereka memprediksikan tidak akan ada lagi kekuatan hegemoni,
tapi terjadi pergeseran ke aliansi dan koalisi dalam dunia yang
multipolar.
Laporan itu, yang berfokus pada tren mega global, juga menyorot
masalah penuaan populasi, tumbuhnya kelas menengah dan langkanya sumber
daya alam, sebagai tema utama. Laporan tersebut juga mengatakan dunia
berada di persimpangan kritis dalam sejarah manusia. Perubahan iklim
akan menciptakan instabilitas dengan menyebabkan kelangkaan air dan
pangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar