Setelah terpuruk hingga ke level terendah satu bulannya, harga emas
mulai berbalik rebound. Pada penutupan perdagangan kemarin, emas
berhasil pulih dan menguat sekitar $3,2 (0,2%).
Kenaikan emas ini
didorong oleh pernyataan G7 mengenai komitmen terhadap nilai tukar mata
uang. Dalam pernyataannya, pejabat G-7 mengatakan bahwa kebijakan
fiskal dan moneter seharusnya tidak bertujuan untuk melemahkan mata
uang. Pernyataan pejabat G-7 itu ditujukan untuk untuk meredam retorika
terkait mata uang.
Setelah pernyataan G-7 tersebut, indeks dollar,
yang sebelumnya diperdagangakan mendekati level tertinggi satu bulan
tehadap mata uang utama dunia, langsung tersungkur. Kejatuhan dollar
inilah yang membuat emas rebound.
Namun, rebound yang terjadi kemarin
tidak serta membuat trend emas menajdi bullish. Beberapa sentimen masih
menghimpit emas, terutama outlook ekonomi global yang mulai kembali
cerah.
Emas sepertinya sudah kehilangan peran safe haven-nya, bahkan
ketika adanya uji coba nuklir Korea Utara, harga emas tidak beranjak
naik. Selain itu, permintaan fisik juga masih lesu, dimana pasar China
masih tutup dalam menyambut imlek. Begitu pula dengan permintaan fisik
di India. Melemahnya mata uang Rupee menyurutkan minat beli di negara
tersebut.
Sementara dari sisi teknikal, terlihat adanya harapan
rebound bagi emas. Hal ini tercermin dengan terbentuknya pola hammer di
candlestick. Beberapa indikator juga sudah menunjukkan oversold. Bahkan,
indikator stochastic mulai berpeluang golden cross.
Rebound emas
bisa berlanjut jika mampu bertahan di atas resistance $1.656, dengan
potensi kenaikan selanjutnya menuju kisaran $1.660 - $1.664 (MA200).
Sementara trend turun akan berlanjut jika harga kembali bergerak di
bawah support $1.640.
Rekomendasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar