BOJ hari ini mengumumkan kebijakan moneter agresif untuk mengentaskan
deflasi, dengan mengatakan akan terus melaksanakan Quantitative Easing
(QE) sampat target inflasi 2% tercapai dalam dua tahun.
Bank Sentral Jepang itu mengakhiri rapat dua harinya, pertama di
bawah Gubernur baru Haruhiko Kuroda, dengan keputusan menerapkan
kebijakan baru, yaitu Kebijakan Moneter Kuantitatif dan Kualitatif. BOJ
memutuskan perubahan radikal dalam kerangka kebijakannya, yaitu
menjalankan kebijakan moneter berdasarkan jumlah uang sirkulasi bukan
lagi suku bunga. “BOJ akan melaksanakan operasi pasar uang hingga jumlah
uang bertambah sekitar 60-70 triliun per tahun, katanya.
Dewan juga menghasilkan keputusan menggabungkan pembelian asetnya,
baik obligasi (JGB), Exchange Traded Fund (ETF) dan Real Estate
Investment Trust (REIT), dan mensuspensi aturan pembatasan jumlah
pembelian. BOJ juga mengatakan akan menaikkan dua kali lipat pembelian
obligasi pemerintah jangka panjang, dengan target semua tenor, termasuk
yang 40 tahun. Dalam aturan sebelumnya, BOJ tidak boleh membeli aset
melebihi jumlah uang kertas beredar dan pembelian obligasi hanya
dibatasi sampai tenor 3 tahun.
Melalui kebijakan baru untuk mencapai target inflasi dalam 2 tahun,
BOJ mempercepat pembelian aset tak terbatas (open ended) dan kemungkinan
membeli obligasi pemerintah sekitar 7 triliun yen per bulan. Saham reli
dan yen melemah setelah pengumuman BOJ itu. Memimpin dengan gaya baru,
Kuroda bertugas menjaga kredibilitas BOJ dan ekspektasi pasar. Kuroda
akan menggelar jumpa pers siang nanti dan rapat selanjutnya akan
dilaksanakan pada 26 April.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar