Minyak melanjutkan koreksinya hari ini di tengah antisipasi
berkurangnya permintaan minyak pemanas (heating oil) seiring berakhirnya
musim dingin. Selain itu, harga juga turun menjelang data cadangan dari
Departemen Energi AS.
Memasuki
musim semi, pasar mulai menurunkan proyeksi permintaan heating oil.
Cuaca bukan faktor utama penggerak harga, tapi musim dingin yang
abnormal selama hampir tiga bulan terakhir mendorong permintaan produk
turunan minyak itu. Sejak akhir tahun, separuh kawasan AS dilanda cuaca
dingin ekstrim akibat fenomena yang disebut dengan Pusaran Kutub (Polar
Vortex). Suhu dingin dan badai salju super tebal menyebabkan orang
enggan keluar rumah.
Pasar kini menunggu data cadangan minyak dan BBM AS yang akan
diumumkan Energy Information Administration (EIA), lembaga di bawah
naungan Departemen Energi AS. Para pengamat memperkiran data itu akan
menunjukkan cadangan minyak mentah bertambah antara 800 ribu sampai 1
juta barel minggu lalu. Hal ini karena beberapa perusahaan pengolah
mengurangi permintaan untuk melakukan inspeksi rutin.
Faktor lain yang menekan harga adalah isu perlambatan ekonomi di
China, terkait pengetatan kredit dan pembenahan struktural yang
dijalankan Beijing. Tingkat pertumbuhan China diproyeksikan masih lebih
pesat dari negara maju, tapi mulai kehilangan momentum, yang dapat
mempengaruhi permintaan. China adalah konsumen minyak terbesar kedua
dunia setelah AS.
Melihat dari sisi teknikal, harga menyentuh $103,44 per barel Senin
lalu, yang merupakan level tertinggi dalam empat bulan.Kondisi harga
yang mencapai titik jenuh beli juga dianggap sebagai faktor penyebab
koreksi. Pada jam 15:15 WIB, minyak jenis Light Sweet untuk pengiriman
April turun 10 sen ke $101,90 per barel, setelah jatuh ke low di $101,00
kemarin. Bila harga ditutup di bawah itu, menjadi bearish continuation
dengan bisa menembus level psikologis $100.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar