Euro stabil hari ini, masih bergerak dalam range sempit, setelah
Presiden ECB Mario Draghi mengecilkan kembali kemungkinan penerapan
pembelian aset. Namun pergerakan euro kini bergantung pada data inflasi,
yang dapat mempengaruhi persepsi mengenai prospek kebijakan moneter.
Di hadapan anggota parlemen Jerman, Draghi mengatakan ECB masih jauh
dari pelaksanaan stimulus agresif seperti pembelian obligasi skala
besar, atau yang disebut dengan Quantitative Easing (QE). Namun,
pihaknya tetap siap mempertimbangkannya kalau diperlukan. Pernyataan ini
agak berbeda dengan yang disampaikan minggu lalu bahwa pembelian aset
skala besar bisa dilaakukan bila inflasi turun ke level yang dapat
mengancam pemulihan ekonomi zona euro.
Sebagian pengamat melihat Draghi sedang bermain dalam dua sisi.
Kepada pasar ia membuka peluang pembelian aset, tapi di depan pejabat
negara yang tidak suka dengan kebijakan tersebut, ia membantah urgensi
penerapan program seperti itu. Tapi dengan melakukan strategi ini, ia
hanya menciptakan kebingungan di pasar, mengingat tidak ada kejelasan.
Hal itu tercermin dari pergerakan euro yang hampir stagnan.
Menyampaikan hal yang senada, Wakil Presiden Vitor Constancio
mengatakan data inflasi April minggu ini tidak akan mengubah kebijakan.
Bagaimanapun, pasar tetap akan menggunakan data inflasi zona euro yang
akan diumumkan besok untuk mengukur prospek QE. Bila inflasi lebih
rendah dari bulan lalu, memperkuat desakan ke ECB untuk bertindak.
Sebagai gambaran awal, ada data inflasi Jerman hari ini, bila tidak
menunjukkan peningkatan, akan memberi tekanan ke euro.
Euro diperdagangkan di $1,3858, berhasil menembus resistance dua
minggu terakhir $1,3850. Dengan bergerak di atas MA 25, kondisi masih
bullish. Tapi untuk menjaga momentum itu, euro harus bisa menembus level
psikologis $1,3900. Sedangkan support kini di $1,3790. Kalau ditutup di
bawah itu, membentuk kondisi bearish dengan target $1,3730. Terhadap
yen, euro menguat 0,1% ke 142,05 setelah menguat 0,4% kemarin. Kini
pergerakan di rentang 141,40 dan 142,20.
Beralih ke sterling, mata uang Inggris itu berhasil meraih level
tertinggi dalam 4,5 tahun terakhir berkat akan adanya serangkaian merger
dan akuisisi perusahaan Inggris. Perusahaan farmasi AS Pfizer berencana
membeli AstraZaneca dalam deal yang bernilai $100 miliar. Pergerakan
the cable kini bergantung pada data PDB Inggris, yang diperkirakan
menunjukkan pertumbuhan semakin pesat. Menurut konsensus, PDB tumbuh
3,2% di kuartal pertama.
Sterling diperdagangkan di $1,6810, setelah berhasil menembus $1,6855
kemarin, tertinggi sejak 2009. The cable berhasil menembus resistance
$1,6850, namun gagal ditutup di atas itu. Dengan ini, rentang pergerakan
masih di antara $1,6730 dan $1,6850. Bila data PDB mengesankan, ada
peluang menembus kembali resistance itu, dengan target selanjutnya
$1,6880-1,6900.
Rekomendasi
EUR-USD
USD-JPY
GBP-USD
USD-CHF
AUD-USD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar