Pertumbuhan ekonomi Jepang selama kuartal pertama ternyata lebih
baik dari perhitungan awal, tumbuh lebih pesat berkat pembelanjaan
modal, pertanda ekonomi terbesar ketiga dunia itu dalam kondisi yang
kuat meski nantinya kenaikan pajak penjualan berdampak.
Angka
pertumbuhan PDB kuartal pertama direvisi naik menjadi 6,7% per tahun
dari sebelumnya 5,9%. Ini merupakan pertumbuhan terpesat sejak kuartal
ketiga 2011. Secara per kuartal, PDB juga mengalami revisi menjadi 1,6%
dari 1,4%. Revisi naik ini terjadi berkat perhitungan ulang pembelanjaan
modal perusahaan yang memperlihatkan peningkatan.
Pembelanjaan modal korporat naik 7,6%, lebih dari perhitungan awal
4,9%, berita baik untuk Perdana Menteri Shinzo Abe yang mengimbau agar
perusahaan mengucurkan tumpukan dananya untuk menjaga pemulihan ekonomi.
Menurut pengamat, pembelanjaan bisnis itu meningkat bukan bersifat
pembelian gencar menjelang kenaikan pajak penjualan, tapi mencerminkaan
perbaikan laba perusahaan dan geliat bisnis.
Data lainnya menunjukkan transaksi berjalan Jepang kembali mencatat
surplus, sebesar 130,5 miliar yen. Meski di bawah prediksi 232,8 miliar
yen, hal itu merupakan perkembangan bagus setelah defisit 783 miliar
yen. Data itu juga menunjukkan wisatawan asing membelanjaan uang lebih
banyak dari pelancong Jepang yang berwisata ke luar negeri, untuk
pertama kalinya dalam 44 tahun. Hal ini menandakan membaiknya prospek
bisnis untuk industri ritel dan pariwisata.
Menambah optimisme pada ekonomi Jepang, sentimen konsumen Jepang naik
pada Mei, untuk pertama kalinya dalam enam bulan, mencerminkan dampak
kenaikan pajak penjualan tidak seburuk yang ditakutkan. Hasil survey
Kantor Kabinet menunjukkan indeks sentiment rumah tangga, yang mencakup
pandangan mengenai pendapatan dan lapangan kerja, naik ke 39,3 dari
37,0.
Menyambut data itu, Deputi Gubernur BOJ Kikuo Iwata mengatakan
ekonomi Jepang akan terus tumbuh di atas potensi seiring membaiknya
ekspor dan permintaan domestik. Namun beberapa analis memperingatkan
ketidakpastian ke depan karena perusahaan mulai merasakan dampak
kenaikan pajak penjualan.
Menurut mereka, permintaan domestik berperan utama mendorong
pertumbuhan di kuartal pertama. Orang belanja karena mengantisipasi
kenaikan pajak penjualan. Alhasil, pembelanjaan kemungkinan merosot di
kuartal kedua, yang diikuti oleh turunnya output. Oleh karena itu,
mereka memproyeksikan PDB kontraksi di kuartal kedua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar