Hasil
survei menunjukkan aktivitas manufaktur China relatif stabil selama
bulan lalu, didorong oleh peningkatan permintaan. Hal ini
mengindikasikan stimulus yang diberikan pemerintah mulai membuahkan
hasil.
Indeks
PMI manufaktur versi pemerintah, indikator acuan aktivitas industri,
naik ke 51 di Juni dari 5,8 di Mei. Kenaikan ini terjadi berkat
peningkatan permintaan, baik domestik maupun ekspor, yang mendorong
produksi. Secara terpisah, angka indeks PMI manufaktur versi HSBC untuk
Juni direvisi menjadi 50,7 dari 50,8. Tapi angka itu tetap naik dari
49,4 di Mei.
Angka di atas 50 berarti pertumbuhan, di bawah itu menandakan
kontraksi. Indikator versi pemerintah mensurvei perkembangan pada
perusahaan besar. Sedangkan versi HSBC mengukur aktivitas pada industri
UMKM. Kenaikan dua indikator itu datang menyusul data lainnya yang
menunjukkan perbaikan ekspor, output industri dan penjualan ritel.
Meski demikian, masih belum jelas apakah perbaikan di sektor
manufaktur ini bisa menutupi lesunya sektor properti, yang juga menjadi
mesin pertumbuhan penting. Kemarin, hasil survei menunjukkan harga rumah
turun untuk kedua bulan berturut-turut. Menurut ekonom dari JPMorgan,
kondisi akan membaik di kuartal kedua, tapi masih menjadi tantangan
untuk bisa mencapai target pertumbuhan 7,5%.
Menurut banyak ekonom, pertumbuhan ekonomi melambat di semester
pertama. Beijing memang meluncurkan berbagai langkah untuk merangsang
pertumbuhan, seperti proyek infrastruktur, insentif pajak dan memangkas
Giro Wajib Minimum (GWM). Meski langkah itu terlihat membantu ekonomi,
para ekonom masih ragu Beijing bisa mencapai target pertumbuhan itu
tanpa stimulus tambahan. “Sektor properti masih menjadi risiko terbesar,
terutama di kota besar,” kata Zhou Hao, ekonom dari ANZ dikutip oleh
WSJ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar