Dolar melemah terhadap yen dan euro menyusul profit taking. Koreksi
dolar setelah mencapai level tertingginya dalam tujuh tahun terakhir
terhadap yen, setelah Moodys Investors Services menurunkan peringkat
kredit Jepang.
Dolar yang sempat menguat diperdagangan Asia ke level tertinggi
119,15 yen, tertinggi sejak Juli 2007.
Namun memasuki perdagangan Eropa
kemarin, diluar dugaan lembaa pemeringkat modal, Moodys Investors
Services, menurunkan peringkat kredit Jepang satu tingkat menjadi Aa3
dari A1. Penurunan rating Jepang ini menambah kekhawatiran proses
pemulihan ekonomi. Moody menyoroti kebijakan PM Shinzo Abe yang menunda
kenaikan pajak penjualan jilid kedua akan menimbulkan risiko terhadap
kemampuan Jepang untuk membiayai utang di masa depan. Downgrade Jepang
ini pertama oleh perusahaan pemeringkat sejak 2012, dan yang pertama
Moody sejak 2011.
Kalangan analis mengatakan penguatan dolar jangka panjang terhadap
yen dan mata uang lainnya masih terjaga, kendati ruang koreksi dolar di
sisa akhir tahun ini bisa terjadi karena pertimbangan Federal Reserve
dalam menaikkan suku bunga tahun depan. Disamping itu, bank sentral
utama lainnya kini berupaya menggelontorkan stimulus untuk memulihkan
ekonomi.
Serangkaian data manufaktur tersaji kemarin. Aktivitas manufaktur
China semakin kehilangan momentum bulan lalu, dua hasil survei
menunjukkan, menegaskan tantangan ekonomi dan menimbulkan spekulasi
perlunya intervensi dari pemerintah. Pertama, yaitu data indeks PMI
manufaktur versi pemerintah, yang turun ke 50,3 di Nopember dari 50,8 di
Oktober. Angka Nopember itu lebih rendah dari prediksi 50,6 dan yang
terendah dalam delapan bulan. Sedangkan yang kedua adalah indeks PMI
manufaktur versi HSBC, yang ternyata tidak berubah, tetap 50,0 untuk
Nopember, terendah dalam enam bulan. Sementara aktivitas manufaktur AS
melambat di Nopember menjadi 58,7, turun 0,3 dari level tertingginya
tahun ini di Oktober pada posisi 59. Di kawasan zona euro, dimana
melambat 50,1 di Nopember dari sebelumnya 50,4. Namun di Inggris
aktivitas manufaktur catat kenaikan 53,5 di Nopember dari Oktober 53,3.
Fluktuasi pergerakan dolar terhadap mata uang utama dunia kembali
terjadi hari ini. Fokus siang ini, rapat regular bank sentral Australia
(RBA), ekspektasi menunjukkan suku bunga acuan stabil di rekor
terendahnya 2,50%. Minimnya katalis AS nanti malam, membuat pidato
pajabat the Fed Stanley Ficher dan ketua Fed Janet Yellen.
Perlu dicermati perilaku pasar kini yang wait and see jelang even
penting minggu ini. Data tenaga kerja AS untuk periode November
diperkirakan akan tunjukkan kecenderungan stabil dan akan tunjukkan
penyerapan yang cukup solid. Para pelaku pasar akan melihat klarifikasi
mengenai kenaikan tingkat suku bunga dari kondisi penyerapan tenaga
kerja, karena sejauh ini terlihat akan adanya kenaikan tingkat
pengangguran.
Laporan tenaga kerja pada hari Jum’at minggu ini diperkirakan akan
tunjukkan penyerapan tenaga kerja sebesar 231.000 orang untuk periode
Nopember dengan tingkat pengangguran diperkirakan akan tunjukkan angka
5,8%. Selain data laporan tenaga kerja yang akan disampaikan pada hari
Jum’at, pada minggu ini Fed akan publikasikan Fed beige book pada hari
Rabu, dan data ISM non manufacturing dan ADP Employment di jadwalkan
akan dirilis pada hari Rabu.
Pergerakan harga komoditas juga menjadi perhatian belakangan ini.
Penurunan harga acuan minyak mentah lebih dari 12 persen yang hanya
berlangsung selama seminggu pada minggu lalu membuat para pelaku pasar
melihat akan adanya inflasi yang lemah, selain itu pelemahan pertumbuhan
ekonomi Eropa dan China juga berikan pengaruh bagi inflasi.
Rekomendasi
EUR-USD
USD-JPY
GBP-USD
USD-CHF
AUD-USD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar