Saham Asia masih dalam zona merah, melanjutkan kejatuhan kemarin,
menyusul hasil Wall Street yang mengecewakan di tengah kekhawatiran soal
ekonomi global.
Indeks
Nikkei anjlok 1,35%, turut ditekan oleh penguatan yen dan hasil survei
yang menunjukkan perusahaan besar semakin pesimis dengan kondisi bisnis
kuartal keempat.
Indeks Kospi melemah 0,75% menyusul jatuhnya saham blue
chips. Indeks Australia ASX 200 jatuh 1% ke level terendah dalam
seminggu akibat tumbangnya saham energi.
Indeks Singapura STI masih
flat. Di Hong Kong, indeks Hang Seng melemah 0,1%.
Wall Street masih didera aksi jual, dengan indeks Dow Jones melemah
0,3. Pada dasarnya saham AS sudah mencapai level yang cukup tinggi,
dengan mencetak rekor beberapa kali tahun ini. Di tengah pemulihan
ekonomi AS yang solid, prospek saham AS masih bullish. Namun valuasi
yang tinggi membuat pergerakan saham kini sedang mentok.
Saham AS kini sedang berkonsolidasi, menunggu katalis berikutnya yang
dapat menjadi faktor penggerak.
Salah satu yang sedang dinantikan
adalah rapat reguler the Fed minggu depan. Ada spekulasi the Fed akan
menyesuaikan gaya bahasanya dengan perkembangan ekonomi. Dengan kata
lain ada kemungkinan the Fed mulai bersikap hawkish.
Namun saham di belahan dunia lainnya justru bergejolak, dengan isu
perlambatan ekonomi global menjadi faktor yang menjatuhkan sentimen.
Tiga ekonomi besar, yaitu China, Jepang dan Eropa, sedang lesu. Bahkan
Jepang sudah kembali resesi dan di Eropa diambang menuju ke sana. Hari
ini data menunjukkan inflasi China melambat ke 1,4% di Nopember dari
1,6% di Oktober.
Sentimen juga jatuh menyusul berita Perdana Menteri Yunani Antoni
Samaras berencana menggelar pemilihan presiden lebih awal. Ada
kekhawatiran bila terjadi pemilu, Partai Syriza atau kubu yang ingin
renegosiasi utang bisa memegang kendali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar