BRANCH OFFICE BANDUNG

BRANCH OFFICE BANDUNG
JL. WR. SUPRATMAN No. 21 BANDUNG

Selasa, 29 Januari 2013

Meski bangkit, ekonomi AS masih butuh sokongan

Setelah empat tahun intervensi pemerintah, mulai dari stimulus fiskal sampai Quantitative Easing the Fed, ekonomi AS mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Namun masih membutuhkan sokongan untuk menjaga momentum pemulihan.
Secercah harapan membaiknya ekonomi AS datang dari serangkaian indikator, mulai data perumahan, penjualan kendaraan, investasi bisnis sampai manufaktur. Semuanya menambah harapan konsolidasi anggaran federal dengan kenaikan pajak dan pemotongan belanja tidak akan menghambat laju pemulihan.
Durable goods orders naik 4,6% selama Desember, Departemen Perdagangan AS melaporkan semalam, dua kali lipat prediksi. Meski banyak manajer bisnis mengeluhkan ketidakpastian di Washington, yang membuat mereka enggan mempekerjakan tenaga baru, mereka sibuk investasi pabrik dan peralatan baru untuk memenuhi permintaan dari konsumen.
Laporan itu menyusul data lain yang menunjukkan peningkatan permintaan. Penjualan rumah, yang mulai membaik di semester kedua tahun lalu, terus mendorong harga. Penjualan mobil melonjak 16% selama kuartal keempat tahun lalu dibandingkan tahun sebelumnya. Produsen otomotif akan mengumumkan data penjualan bulana Jumat nanti dan diperkirakan akan permintaan tinggi.
Meski musim belanja liburan akhir tahun kurang geliat, penjualan ritel selama tiga bulan terakhir 2012 naik 6% dibandingkan tahun sebelumnya. Aktivitas manufaktur juga mencatat peningkatan order dengan mampu bersaing dengan kompetitor asing berkat biaya energi yang lebih rendah, dampak produksi gas alam yang melimpah.
Tapi tingkat pengangguran tetap tinggi, di 7,8%, dan datanya Jumat nanti diperkirakan menunjukkan angka yang sama. Para ekonomi juga memperkirakan sebanyak 163.000 lapangan kerja baru tercipta selama Januari. Angka segitu tidak cukup untuk mengikuti pertumbuhan populasi dan mengurangi tingkat pengangguran.
Oleh karena itu, ketika the Fed menyelesaikan rapat Rabu nanti, mereka diperkirakan tetap menerapkan kebijakan agresif dengan stimulus pembelian obligasi per bulannya dan akomodatif dengan bunga nol persennya.  Meski ada kritik yang berpandangan saatnya bagi the Fed untuk mulai mengurangi stimulusnya, bank sentral AS itu sudah berjanji tetap menjalankannya sampai tingkat pengangguran turun ke 6,5%.

Tidak ada komentar: