Kemilau emas kian redup, logam mulia tersebut kembali terpuruk menuju
level terendah tujuh bulannya pasca rilis FOMC minutes semalam
Debat
mengenai apakah the Fed masih masih membutuhkan kebijakan stimulus
berlangsung dalam rapat semalam. Beberapa anggota The Fed melihat bahwa
kebijakan stimulus sebaiknya dikurangi, bahkan dihentikan sebelum
pengangguran turun di bawah 6,5%.
Beberapa pejabat The Fed
menyarankan agar program stimulus dihentikan karena bisa memicu
instabilitas di pasar dan akan sulit dihentikan. Kubu yang menyarankan
stimuus dihentikan ini disebut dengan hawkish.
Tapi komentar hawkish
kemudian di-counter oleh kubu dovish, yaitu yang pro stimulus. Kubu ini
mengomentari akan bahaya mengakhiri program secara prematur. Pada
akhirnya, the Fed memutuskan untuk mempertahankan jumlah program
pembelian aset, yang dilakukan sampai lapangan kerja membaik secara
substansial. The Fed berencana mengevaluasi program itu dalam rapat
19-20 Maret nanti.
Kehawatiran akan berakhirnya program stimulus ini
membuat emas terus mengalami tekanan. Isu tersebut kemudian melambugkan
nilai tukar dollar, yang merupakan rival utama emas. Penguatan dollar
ini tentunya tidak menguntungkan buat emas.
Di tahun ini, emas telah
turun hingga 4,5%. Mulai pulihnya ekonomi di AS, yang ditandai dengan
pasar properti di AS, membuat investor melirik bursa saham AS, dan
meninggalkan asset safe haven. Outlook ekonomi global juga mulai
terlihat cerah, ditandai dengan pulihnya ekonomi China.
Makin
memperberat sentimen, para fund manager ternama, seperti George Soros
juga telah mengurangi investasiemasnya di ETF. Selain itu, rendahnya
permintaan fisik dari India dan China juga menjadi penyebab terpuruknya
harga emas belakangan ini.
Dari kajian teknikal, meski indikator
stochastic dan RSI sudah berada di wilayah oversold, pola reversal emas
masih belum terlihat. Harga sepertinya akan menguji support kuatnya di
kisaran $1.522 - $1.530.
Rekomendasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar