Pemilu Italia berakhir tanpa menghasilkan pemenang jelas karena tidak
ada yang meraih suara mayoritas. Namun ada satu hal pasti yang terlihat
yaitu publik tidak suka dengan program penghematan.
Dengan hampir semua suara terhitung, kubu kiri tengah Partai
Demokratik pimpinan Pier Luigi Bersani berhasil menang tipis dan
menguasai majelis rendah. Tapi kubu Silvio Berlusconi, lewat Partai
Rakyat Kebebasan, berpeluang mengendalikan majelis tinggi atau Senat.
Kendali atas dua majelis diperlukan untuk bisa memegang pemerintahan.
Dengan menang tipis, Bersani harus membentuk koalisi namun akan sulit
dengan adanya kubu Silvio Berlusconi yang selalu mengkritik program
penghematan. Apalagi kubu lainnya, Partai Pergerakan Bintang Lima
pimpinan Beppe Grillo, yang berhasil meraih tempat ketiga dengan 25%
suara, menyatakan tidak mendukung keduanya. Mario Monti, lewat Partai
Pilihan Rakyat, berada di tempat terakhir dengan hanya meraih 10%.
Hasil ini datang di tengah resesi dan program penghematan ketat, di
mana pemerintah memotong upah dan pensiun, namun juga menaikkan pajak.
Dalam kampanyenya, Monti, yang menjabat sebagai perdana menteri,
berupaya meredam kekesalan publik dengan berjanji melonggarkan pajak,
sembari mengakui kebijakannya, meski penting untuk mengembalikan
kepercayaan pasar, telah memperburuk resesi.
Ketidakpastian politik Italia ini bisa membuat para pemimpin Eropa
gelisah. Tanpa ada koalisi terbentuk, maka tidak ada pemerintahan.
Kalaupun terbentuk, koalisi akan rentan gejolak dan ditakutkan
mengganggu proses reformasi yang sudah dijalankan. Kondisi seperti ini
tentu bisa membuat para pemimpin Eropa gelisah karena bisa merusak upaya
pengentasan krisis utang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar