Minim katalis, emas bergerak dalam range yang sempit pada penutupan
perdagangan kemarin. Namun, logam mulia tersebut masih bergerak
mendekati level terendah tujuh bulannya.
Emas seperti kehilangan
perannya sebagai safe haven ditengah kekhawatiran pasar mengenai
pemotongan anggaran otomatis AS sebesar $85 miliarm atau yang disebut
dengan “sequestration”. Minimnya data-data ekonomi dari AS serta
flat-nya pergerakan bursa saham AS membuat pergerakan emas terbatas.
Selain
itu, sentimen emas kemudian diperberat dengan menurunnya investasi emas
di ETF. Cadangan di SPDR Gold Trust, reksadana berbasis emas terbesar
di dunia, mengalami penurunan untuk dalam sembilan sesi berturut-turut
pada 4 Maret menuju level terendah tujuh bulannya di 1.253,283 ton.
Sementara
itu, dalam perdagangannya hari ini di Asia, harga emas mulai mengalami
rebound. Para pemodal memperkirakan bahwa bank sentral kemungkinan masih
akan menerapkan kebijakan longgar dalam rapat bulananannya di minggu
ini.
Beberapa bank sentral yang akan menggelar rapat tersebut antara
lain, RBA, yang baru saja mengumumkan untuk tidak merubah suku bunganya
di 3%. Di susul, pada hari Kamis mendatang, ECB, BoE, dan BoJ juga akan
menggelar rapat serupa. Kebijakan longgar dari bank sentral dunia bisa
mendorong permintaan emas sebagai lindung nilai inflasi.
Beberapa
data ekonomi akan dirilis pada hari ini. Di Inggris ada data PMI sektor
jasa. Sementara kawasan Eropa akan merilis data retail sales. Dan di AS,
ISM non-manufacturing PMI.
Dari kajian teknikal, belum ada perubahan
trend secara signifikan. Emas masih dalam potensi bearish dengan level
support-nya saat ini di $1564.64. Namun, indikator stochastic sudah
mulai oversold dan berpeluang golden cross. Kondisi ini memungkinan
adanya rebound. Resistance terdekat saat ini di $1586.98. Jika mampu
ditembus, maka trend jangka pendek emas akan berbalik bullish, dengan
potensi kenaikan menuju kisaran $1.593.75 - $1.600.
Rekomendasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar