BRANCH OFFICE BANDUNG

BRANCH OFFICE BANDUNG
JL. WR. SUPRATMAN No. 21 BANDUNG

Senin, 25 November 2013

Mengapa Wall Street Takut Dengan Taper?

Wall Street khawatir harga saham akan mengalami kejatuhan ketika the Fed mulai menarik stimulusnya. Investor takut dengan kenaikan bunga dan penurunan aktivitas bisnis tanpa likuiditas dari bank sentral AS.
MarketSelama bertahun-tahun, the Fed menjadi teman baik Wall Street dengan menyuntikkan puluhan miliar tiap bulan ke dalam artei sistem finansial dan ekonomi, stimulus moneter yang disebut dengan Quantitative Easing (QE). Melalui program ini, the Fed membeli obligasi di pasar sekunder dengan harapan bisa menggerakkan roda perekonomian.
Tapi the Fed beberapa kali mengindikasikan suatu saat nanti harus mengurangi dan menghentikan program itu. The Fed pertama kali menyebut wacana pengurangan pembelian obligasi, atau yang disebut dengan taper, pada Mei. Meski sudah mendengar rencana itu sejak lama, Wall Street tetap saja tidak nyaman dengan  bayangan the Fed mengurangi kucuran likuiditasnya.
Program pembelian obligasi disebut sebagai faktor yang mendorong harga saham. Dengan membanjirnya sistem keuangan dengan likuiditas, uang itu mengalir ke bursa saham karena mencari return yang lebih tinggi. The Fed pernah mengatakan bila ekonomi terus membaik, taper bisa dilakukan dalam beberapa bulan mendatang.
Meski keputusan the Fed untuk taper berarti pertanda ekonomi pulih, investor masih cemas itu bisa memberi dampak negatif ke saham. Salah satu alasannya tentu adalah performa saham bisa hancur. Sejak akhir 2008, indeks S&P 500 reli setiap the Fed mengumumkan program pembelian obligasi. Indeks itu menguat 20% sejak QE1, QE2 sampai QE3. Kini, indeks itu sudah berada di 1.800, atau rekor tertingginya. Tapi, ketika Mei lalu the Fed mengumumkan rencana taper, indeks tersebut langsung jatuh 5,8%.
Taper disinyalir juga dapat menimbulkan keraguan akan prospek ekonomi. Ada kekhawatiran kondisi bisnis belum cukup kuat tanpa sokongan the Fed. Investor ingin melihat laba korporat yang tinggi, pertumbuhan lapangan kerja dan PDB yang lebih baik. Selain itu, investor juga takut dengan ketidakpastian. Program pembelian obligasi yang dijalankan the Fed bisa dikatakan eksperimen, yang menciptakan ketidakpastian. Tidak ada yang tahu secara jelas, bahkan the Fed sendiri,  dampak taper.
Meski demikian, the Fed tidak akan berani menarik stimulus sebelum ekonomi cukup kuat, atau melakukannya dalam sekaligus. Taper pastinya dilakukan secara bertahap, dengan pertimbangan yang seksama. Kini, tergantung the Fed bagaimana mengkomunikasikan rencana itu ke pasa, yang tentunya dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja.

Tidak ada komentar: