Wall Street khawatir harga saham akan mengalami kejatuhan ketika the
Fed mulai menarik stimulusnya. Investor takut dengan kenaikan bunga dan
penurunan aktivitas bisnis tanpa likuiditas dari bank sentral AS.
Selama
bertahun-tahun, the Fed menjadi teman baik Wall Street dengan
menyuntikkan puluhan miliar tiap bulan ke dalam artei sistem finansial
dan ekonomi, stimulus moneter yang disebut dengan Quantitative Easing
(QE). Melalui program ini, the Fed membeli obligasi di pasar sekunder
dengan harapan bisa menggerakkan roda perekonomian.
Tapi the Fed beberapa kali mengindikasikan suatu saat nanti harus
mengurangi dan menghentikan program itu. The Fed pertama kali menyebut
wacana pengurangan pembelian obligasi, atau yang disebut dengan taper,
pada Mei. Meski sudah mendengar rencana itu sejak lama, Wall Street
tetap saja tidak nyaman dengan bayangan the Fed mengurangi kucuran
likuiditasnya.
Program pembelian obligasi disebut sebagai faktor yang mendorong
harga saham. Dengan membanjirnya sistem keuangan dengan likuiditas, uang
itu mengalir ke bursa saham karena mencari return yang lebih tinggi.
The Fed pernah mengatakan bila ekonomi terus membaik, taper bisa
dilakukan dalam beberapa bulan mendatang.
Meski keputusan the Fed untuk taper berarti pertanda ekonomi pulih,
investor masih cemas itu bisa memberi dampak negatif ke saham. Salah
satu alasannya tentu adalah performa saham bisa hancur. Sejak akhir
2008, indeks S&P 500 reli setiap the Fed mengumumkan program
pembelian obligasi. Indeks itu menguat 20% sejak QE1, QE2 sampai QE3.
Kini, indeks itu sudah berada di 1.800, atau rekor tertingginya. Tapi,
ketika Mei lalu the Fed mengumumkan rencana taper, indeks tersebut
langsung jatuh 5,8%.
Taper disinyalir juga dapat menimbulkan keraguan akan prospek
ekonomi. Ada kekhawatiran kondisi bisnis belum cukup kuat tanpa sokongan
the Fed. Investor ingin melihat laba korporat yang tinggi, pertumbuhan
lapangan kerja dan PDB yang lebih baik. Selain itu, investor juga takut
dengan ketidakpastian. Program pembelian obligasi yang dijalankan the
Fed bisa dikatakan eksperimen, yang menciptakan ketidakpastian. Tidak
ada yang tahu secara jelas, bahkan the Fed sendiri, dampak taper.
Meski demikian, the Fed tidak akan berani menarik stimulus sebelum
ekonomi cukup kuat, atau melakukannya dalam sekaligus. Taper pastinya
dilakukan secara bertahap, dengan pertimbangan yang seksama. Kini,
tergantung the Fed bagaimana mengkomunikasikan rencana itu ke pasa, yang
tentunya dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar