Emas sedang menuju kejatuhan tahunan untuk pertama kalinya sejak
2000, di mana harga anjlok 25% selama 2013. Logam mulia itu mencetak
rekornya $1921 per ons pada September 2011, atau lonjakan 550% dalam
satu dekade. Investor memborong emas selama krisis finansial. Harga emas
naik ketika aset seperti saham dan obligasi bertumbangan.
Namun, setahun kemudian, harga emas memasuki tren penurunan, seiring
dengan perbaikan ekonomi dan AS program likuiditas the Fed yang
melambungkan harga saham. Sebanyak $8 triliun sudah bertambah dalam
nilai saham dunia tahun ini, terbesar sejak 2009, berkat likuiditas
murah dari bank sentral. Selama tahun ini, indeks S&P 500 melonjak
27% ke rekor tertingginya.
Sementara itu, pada perdagangannya hari ini di Asia, emas kembali jatuh,
setelah di akhir pekan lalu sempat menguat. Investor masih diliputi
kecemasan mengenai kekhawatiran pengurangan stimulus (taper) menjelang
rilis data-data ekonomi AS di minggu ini. Data-data tersebut antara
lain, nonfarm Payroll, PDB kuartal ketiga, serta manufacturing PMI, yang
akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi ekonomi terbesar
dunia itu. Pemuihan ekonomi AS bisa membuat the Fed melakukan taper.
Dari sudut teknikal, terlihat bahwa penutupan emas di atas $1.250 bisa
menjadi sinyal positif. Indikator stochastic pun mulai golden cross,
mendukung adanya rebound lanjutan. Resistance terdekat saat ini berada
di $1.257.89. Jika ditembus, maka penguatan bisa berlanjut untuk meraih
kisaran $1.265 – $1.273. Sedangkan Trend bearish akan berlanjut jika
harga bergerak di bawah $1.234.
Rekomendasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar