Saham Asia bertumbangan hari ini menyusul kejatuhan Wall Street
karena data ekonomi China yang mengindikasikan perlambatan. Selain itu,
ketegangan di Ukraina masih mempengaruhi sentimen pasar.
Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,5% ke level
terendah dalam tiga minggu dan sedang menuju kejatuhan 2% minggu ini.
Indeks Nikkei anjlok 2,5%, turut ditekan oleh penguatan yen. Indeks
Kospi turun 0,5% dan indeks Australia ASX 200 terjungkal 1,4%. Indeks
Singapura melemah 0,4%. Di Hong Kong, Indeks Hang Seng dibuka melemah
0,7%. Wall Street tedampar di zona merah, dengan indeks Dow Jones
melorot 1,4% dan indeks S&P 500 ambruk 1,2%, akibat data ekonomi
China dan isu Ukraina. Saham jatuh meski data penjualan ritel AS
menunjukkan kenaikan 0,3%.
Tiga data China, yaitu output industri, penjualan ritel dan investasi
aset tetap lebih buruk dari prediksi, memperkuat ekspektasi ekonomi
China bakal melambat lebih tajam di kuartal pertama. Bahkan ada
spekulasi target pertumbuhan pemerintah bakal meleset. Perkembangan
terakhir di Ukraina juga memicu aksi jual. Rusia menggelar latihan
militer dekat perbatasan Ukraina kemarin, meski Barat sudah
memperingatkan konsekuensi bila tetap mencaplok Crimea melalui
referendum yang akan digelar 16 Maret nanti.
Untuk malam nanti, ada data data sentimen konsumen AS versi
University of Michigan. Pada dasarnya saham global, terutama di AS,
sudah mencapai valuasi yang tinggi. Hal itu tercermin dari indeks
utamanya yang masih dekat rekor. Kondisi saham di regional juga tidak
jauh berbeda, sebagian indeks sudah dekat level tertinggi dalam beberapa
tahun belakangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar