Presiden
ECB Mario Draghi mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan langkah untuk
mencegah deflasi yang mungkin muncul akibat apresiasi mata uang.
Dalam pidatonya di Wina, Austria semalam, ia mengatakan risiko
deflasi masih rendah saat ini. Tapi semakin lama inflasi rendah, semakin
besar pula ancaman deflasi yang mungkin muncul. “Oleh karena itu, ECB
sedang mempersiapkan kebijakan moneter non standar untuk menghadapi
kemungkinan tersebut dan siap mengambil langkah tegas bila diperlukan.”
Draghi
menyampaikan bahwa apresiasi euro menjadi faktor yang menekan inflasi
selama ini, mengindikasikan pihaknya memperhatikan situasi nilai tukar
yang dapat menghambat proses pemulihan ekonomi. “Penguatan nilai tukar
euro selama 1,5 tahun tentunya mempunyai dampak pada tingkat inflasi
yang kini rendah,” katanya. Ia menegaskan setiap kemungkinan ekspektasi
inflasi menjadi tak terkendali akan direspon dengan kebijakan baru.
Pernyataan Draghi itu lebih dovish dari minggu lalu ketika ia
mengatakan belum ada alasan bagi ECB untuk bertindak karena pemulihan
tetap berlanjut dan data selama ini positif. Ia menegaskan pihaknya akan
tetap memberlakukan bunga rendah untuk waktu yang lama sampai ekonomi
membaik, dan inflasi secara bertahap akan mendekati target 2% seiring
pemulihan ekonomi.
Pentolan ECB itu menambah suara yang mendengungkan kecemasan di
seluruh zona euro bahwa apresiasi euro berdampak pada inflasi, yang
terus di bawah target 2%. Beberapa pejabat ECB di dari Spanyol, Perancis
dan Jerman memang sudah menyampaikan masalah apresiasi euro ini.
Berdasarkan laporan terakhir, inflasi hanya naik 0,8% selama Februari,
tapi inflasi inti, yaitu di luar pangan dan energi, naik 1%. Apresiasi
euro juga terjadi setelah pasar melihat ketiadaan tindakan dari ECB
minggu lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar