BRANCH OFFICE BANDUNG

BRANCH OFFICE BANDUNG
JL. WR. SUPRATMAN No. 21 BANDUNG

Rabu, 28 Mei 2014

Perbedaan Kebijakan Moneter Negara Maju

Secara umum, bank sentral negara maju masih menjalankan kebijakan moneter yang akomodatif, demi merangsang pertumbuhan ekonomi. Namun kondisi ekonomi yang beragam membuat sebagian mulai memasuki fase penyesuaian kebijakan. Ada yang sudah dalam jalur exit strategy, ada yang mempertimbangkan pelonggaran, tapi ada juga yang mulai mengambil ancang-ancang untuk ke arah pengetatan.

Dalam mempertimbangkan kebijakan, bank sentral tidak hanya mengevaluasi kondisi pertumbuhan dan inflasi. Namun bagaimana dampak suatu keputusan terhadap nilai tukar dan ekspektasi pasar keuangan. Sebelum mengambil keputusan, bank sentral juga harus memberi sinyal apa yang akan dilakukan, atau tidak dilakukan, dalam waktu dekat.  Ini merupakan bagian dari bahasa komunikasi ke market. Bank sentral juga menerapkan apa yang disebut dengan forward guidance, yaitu bahasa komunikasi yang digunakan sebagai petunjuk kebijakan.

Berikut adalah ulasan mengenai kebijakan bank sentral negara maju, dimulai dari the Fed dan dilanjutkan oleh empat lainnya.

The Fed

Dalam Minutes terakhirnya disebutkan bahwa para pejabat membahas exit strategy dan opsi-opsi yang tersedia dalam menormalisasi kebijakan. Ini merupakan bentuk proses transisi seiring pemulihan ekonomi AS. Minutes itu mengindikasikan konsistensi dalam pengurangan stimulus atau pembelian obligasi. Tapi pembahasan mengenai normalisasi kebijakan itu hanya merupakan perencanaan, bukan pertanda kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.

Dalam rapat bulan lalu, the Fed memangkas program pembelian obligasinya sebesar $10 miliar untuk keempat kalinya berturut-turut menjadi $45 miliar per bulan. Sejak krisis finansial, the Fed telah membeli lebih dari $3 triliun obligasi pemerintah dalam rangka menyuntikkan likuiditas ke sistem perbankan dalam rangka meransang pertumbuhan ekonomi.

The Fed mempertimbangkan beberapa alat sebelum menaikkan suku bunga, seperti menaikkan bunga di fasilitas simpanannya. Para pejabat juga mempertimbangkan reverse repurchase agreements, atau reverse repo, di mana the Fed meminjam uang dari bank dalam bunga tetap untuk menyerap likuiditas dar sistem keuangan. Opsi lainnya adalah term deposit facility, yaitu the Fed memberi bunga lebih tinggi pada bank yang menyimpan uangnya di sana lebih lama.

ECB

Di antara bank sentral negara maju, ECB sepertinya merupakan yang paling dovish, dalam arti satu-satunya yang sedang mempertimbangkan untuk melonggarkan kebijakan. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini adalah ECB tertinggal dalam menerapkan kebijakan longgar. Di saat bank sentral lain sudah menerapkan stimulus jauh-jauh hari, ECB masih berkutat dengan isu inflasi dan pertumbuhan rendah. Baik pertumbuhan dan inflasi zona euro masih di bawah 1%.
ECB
Merespon kondisi itu, para pejabat ECB memberi sinyal siap mengambil tindakan dalam rapat mendatang. Ekonom dari BNP Paribas, Goldman Sachs sampai RBS memprediksikan Mario Draghi Dkk akan memangkas suku bunganya dalam rapat 5 Juni nanti. Tapi mereka  juga memperkirakan bila bertindak, ECB kemungkinan mengeluarkan serangkaian kebijakan, tidak hanya sekedar pemangkasan. Menurut mereka, Selain memangkas rate acuan, ECB juga memangkas bunga simpanan menjadi negatif.

Beberapa hari yang lalu, Draghi mengatakan pihaknya mewaspadai spiral deflasi dan siap bertindak dengan opsi yang tersedia, termasuk pembelian obligasi. Namun banyak kalangan yang ragu apakah ECB benar-benar mau melakukan program pembelian obligasi, kalaupun iya mungkin bentuknya tidak akan seperti AS atau Jepang.

BOE

Seiring pemulihan ekonomi yang cukup pesat, BOE semakin mantap memasuki fase penyesuaian kebijakan.

Melalui minutes terbarunya, pasar melihat perbedaan prospek kebijakan moneter BOE dengan bank sentral lain. Dalam Minutes itu, disebutkan para pejabat BOE sudah membahas waktu kenaikan suku bunga.
BOE
Salah satu pejabatnya, Charlie Bean mengatakan agar supaya tidak tertinggal dalam mengambil kebijakan, BOE perlu menaikkan suku bunga lebih cepat. Tapi proses pengetatan harus dilakukan secara bertahap karena kondisi ekonomi masih butuh pemulihan.

Ia sudah berani memperkirakan suku bunga bisa mencapai 3% dalam lima tahun ke depan. Memang lama, tapi hanya BOE yang sudah punya proyeksi semacam itu.

Ekonomi Inggris tumbuh di atas 3,1% selama kuartal pertama, terpesat di antara negara maju. Kondisi ini memperkuat spekulasi BOE akan menjadi bank sentral G-7 pertama yang bisa menaikkan suku bunga.  Menurut para ekonom, BOE bisa menaikkan suku bunganya pada awal 2015. Namun apresiasi mata uang berpotensi menghalangi kenaikan rate lebih cepat. Sang gubernur Mark Carney pernah menyatakan kekhawatiran soal apresiasi sterling.

BOJ

Ekonomi Jepang tumbuh 4% selama kuartal pertama, didorong oleh pembelanjaan konsumen yang melonjak untuk mengantisipasi kenaikan pajak penjualan April. Masih sulit membayangkan bagaimana kondisi ekonomi pasca kenaikan pajak penjualan. Sebelum ada data itu, banyak kalangan yang memperkirakan BOJ harus menambah stimulusnya, apalagi di tengah penguatan yen.
bank_of_japan

Namun kini beberapa pejabat BOJ optimis dengan prosek ekonomi dan inflasi, yang membuat mereka enggan untuk melonggarkan kebijakannya lagi. Sang gubernur Haruhiko Kuroda menegaskan pandangannya bahwa perkembangan ekonomi terlihat memuaskan dan inflasi sedang menuju target 2%.

Menurut data terakhir, inflasi inti sudah mencapai 1,3%. Tapi Kuroda juga mengatakan pihaknya siap melonggarkan kebijakannya lagi kalau perkembangan ekonomi dan finansial menghambat proses pencapaian target inflasi.

Pejabat lain, Deputi Gubernur Kikuo Iwata juga mengatakan hal senada, bahwa siap menambah stimulus kalau inflasi terus tetap di bawah target. Namun ia mengindikasikan kemungkinan mengurangi stimulus bila ekonomi memanas dan inflasi melebihi target 2%. Lewat pernyataan itu menunjukkan bahwa BOJ bersikap netral, masih wait-and-see sebelum mengambil keputusan. Sepertinya, BOJ tidak akan mempertimbangkan apapun sebelum ada data PDB kuartal kedua dan inflasi Juli.

RBA

Dalam Minutes terakhir, disebutkan bahwa para pejabat melihat belum perlunya mengubah kebijakan. RBA tidak menyebut indikasi adanya rencana untuk menaikkan suku bunga yang saat ini masih di rekor terendah 2,5%. Para pejabat merasa bahwa level saat ini masih tepat seiring perkembangan yang terjadi dalam ekonomi.
RBA 2

Menurut mereka, perkembangan ekonomi sesuai skenario, yang artinya proyeksi ekonomi dan inflasinya belum berubah. Dengan ekonomi tumbuh secara bertahap, inflasi diperkirakan terkendali.

Bahkan para pejabat memperkirakan pertumbuhan di kuartal mendatang masih di bawah tren karena ekspor lesu dan investasi masih merosot. Mereka juga memproyeksikan pertumbuhan juga akan dipengaruhi oleh konsolidasi fiskal, yaitu pemotongan anggaran belanja pemerintah dan adanya aturan pajak baru.

Sebelum ada pemotongan anggaran, banyak kalangan yang memperkirakan prospek kenaikan suku bunga lebih cepat dari perkiraan setelah Gubernur RBA Glenn Stevens  Maret lalu mengatakan ekonomi mulai keluar dari periode pertumbuhan rendah. Pasar melihat  RBA sudah menyelesaikan siklus pelonggarannya. Tapi kenaikan angka inflasi yang lebih rendah dari proyeksi di kuartal pertama menyusul lonjakan tajam di kuartal keempat memberi ruang ke RBA untuk menjaga rate tetap untuk waktu yang lebih lama.

Tidak ada komentar: