BRANCH OFFICE BANDUNG

BRANCH OFFICE BANDUNG
JL. WR. SUPRATMAN No. 21 BANDUNG

Rabu, 03 September 2014

Saham Global di Ambang Koreksi?

Wall Street 004Valuasi yang tinggi dan ketegangan geopolitik membuat banyak kalangan yang mewaspadai kemungkinan koreksi harga saham dunia. Hasil polling terbaru dari CNBC menunjukkan para Chief Financial Officer (CFO) dari beberapa perusahaan ternama dunia, menyampaikan pendapat yang beragam soal apakah nanti akan terjadi koreksi di saham.  

Sekitar 51 CFO dari Eropa dan Asia, yang mengisi CNBC CFO Global Council, ditanya soal kemungkinan koreksi saham di akhir 2014. 37% responden meyakini hal itu cukup mungkin (somewhat likely). Tapi sekitar 37% responden lainnya, mengatakan hal yang berlawanan, yaitu tidak mungkin (somewhat unlikely). Sebesar 5,3% responden mengatakan sangat mungkin (highly likely), 10,5% melihat sangat tidak mungkin (highly unlikely). Sisanya, 10,5% menjawab tidak tahu.

Hasil survei ini menunjukkan para ahli keuangan tidak yakin harga saham akan terus menanjak dan menggambarkan sikap hati-hati di saat tren kenaikan harga memasuki tahun keenam. Koreksi harga biasanya adalah penurunan sekitar 10% dalam periode satu-dua bulan. Tapi tidak tertutup kemungkinan koreksi bisa lebih besar dan panjang dari itu.

Hal yang patut diwaspadai sebagai pemicu koreksi adalah isu kebijakan moneter the Fed dan geopolitik di Ukraina. Menurut sebagian pengamat, waktu atau timing perubahan kebijakan the Fed sangat krusial. Rapat the Fed September ini akan sangat penting karena the Fed akan mengakhiri program pembelian obligasinya Oktober, dan harus mulai menyesuaikan gaya komunikasi seiring normalisasi kebijakan.

Isu yang tidak kalah pentingnya adalah konflik di Ukraina, yang semakin panas. Perkembangan terbaru menunjukkan Rusia dan Ukraina sedang diambang perang terbuka. Selama konflik tidak menyebabkan gangguan besar pada ekonomi AS, mungkin koreksi besar bisa dihindari. Tapi konflik sangatlah berpengaruh pada ekonomi Eropa.

Sebagian lain menunjuk faktor valuasi sebagai penyebab koreksi. Banyak pengamat meyakini kenaikan harga saham lebih disebabkan oleh likuiditas murah yang dikucurkan bank sentral di tengah suku bunga rendah sebagai upaya untuk merangsang pertumbuhan. Tapi setelah lima tahun bursa saham dalam tren penguatan, banyak yang merasa valuasi sudah tinggi.

Baru-baru ini, indeks S&P 500 menyentuh level 2000 untuk pertama kalinya dalam sejarah, didorong oleh data ekonomi AS yang menegaskan pemulihan. Indeks itu sudah melambung 22% selama 12 bulan terakhir. Indeks Dow Jones juga mencatat penguatan signifikan, yaitu 16% selama periode tersebut.

Dengan melihat latar belakang seperti itu, beberapa pengamat berpandangan September menjadi penentu. Secara historis, September memang merupakan bulan terjadinya volatilitas tinggi, dimana banyak pemain kembali ke bursa dan re-evaluasi posisi. Pasar bisa saja membuat level tertinggi atau terjadi koreksi signifikan.

Tidak ada komentar: