Inflasi China terus melambat bulan lalu, menambah kekhawatiran akan merosotnya aktivitas di ekonomi terbesar kedua dunia itu. Di sisi lain, turunnya inflasi mendukung pandangan perlunya pelonggaran kebijakan moneter lagi demi membantu ekonomi.
Inflasi tahunan hanya naik 1,4% selama Nopember, menurut laporan Biro Statistik (NBS). Angka lebih rendah dari Oktober yang 1,6% dan terendah sejak Nopember 2009. NBS juga melaporkan indeks harga produsen (PPI), yang mengukur harga dari pabrik dan indikator pemandu tren inflasi, turun 2,7%, terburuk sejak Juni 2013. Terakhir kali indeks PPI naik adalah Januari 2012.Data ini menyusul laporan lainnya yang mengindikasikan adanya penurunan aktivitas ekonomi China, salah satu pendorong pertumbuhan global. Data Senin lalu menunjukkan impor menurun dan pertumbuhan ekspor melambat.tajam.
Sektor manufaktur dan properti juga mengecewakan.
Menurut pengamat, China memasuki periode disinflasi yang cepat dan menghadapi risiko deflasi di saat harga komoditas terus turun dan pertumbuhan melambat. Nomura memproyeksikan inflasi tetap di bawah 2% selama 2015, yang bisa menambah risiko deflasi dan perlunya pelonggaran kebijakan moneter.
Para ekonom memang memperkirakan adanya pelonggaran lanjutan setelah pemangkasan suku bunga bulan lalu, salah satu bentuknya pemotongan Giro Wajib Minimum (GWM). Ekonom dari Nomura memperkirakan ada satu kali lagi pemangkasan rate, yaitu di kuartal kedua 2015, dan pemotongan GWM tiap kuartal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar