Ekspektasi the Fed bakal menaikkan suku bunganya September nanti
semakin menguat setelah kesepakatan bailout Yunani menenangkan pasar dan
inflasi AS memperlihatkan kenaikan.
Pasar
menyambut baik kesepakatan bailout Yunani, yang diharapkan dapat
menjaga keanggotaan negara itu dalam zona euro dan mengurangi
ketidakpastian. Dengan berkurangnya potensi Greece Exit (Grexit), pasar
kembali tenang dan terfokus ke prospek kebijakan moneter.
Minggu lalu, data menunjukkan inflasi AS naik untuk lima bulan
berturut-turut pada Juni karena kenaikan harga BBM dan barang lainnya.
Inflasi inti, yang tidak memasukkan harga pangan dan energi, naik 1,8%
secara tahunan, semakin dekat target the Fed 2%. Menurut aul Ashworth,
ekonom dari Capital Economis, selama tiga bulan terakhir sampai Juni,
inflasi inti naik 2,3% secara tahunan.
Ketua the Fed Janet Yellen mengatakan kepada Kongres minggu lalu
bahwa kenaikan suku bunga bisa terjadi sebelum 2016. “Bila ekonomi
berkembang sesuai perkiraan, maka tepatlah suatu waktu tahun ini untuk
menaikkan suku bunga,” katanya. Menurutnya, penundaan kenaikan bisa
memaksa bank sentral AS itu menaikkan lebih agresif di masa mendatang,
skenario yang tidak diinginkannya.
Presiden the Fed distrik St. Louis James Bullard Senin lalu
mengatakan kemungkinan semakin besar kenaikan bisa dilakukan September
nanti. Kepada Fox, ia mengatakan ada peluang lebih dari 50% pihaknya
menaikkan suku bunga pada rapat 16-17 September nanti. Menurutnya, meski
meski kondisi di Yunani dan China berisiko, masalah eksternal tidak
akan banyak mengubah prospek positif.
Melihat kondisi ini, semakin banyak ekonom yang meyakini kenaikan
bisa terjadi September nanti. Dalam survei yang dilakukan oleh Wall
Street Journal, 82% dari 70 ekonom mengatakan the Fed akan bertindak
September nanti, yang merupakan kenaikan pertama dalam hampir satu
dekade. Hanya sekitar 15% yang memperkirakan pada Desember. Dalam survey
bulan lalu, responden yang memilih kenaikan September hanya 72%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar